kalau cinta, semua pasti tentang dia

Bismilahirrahmanirrahim,

Random post kali ini akan melengkapi cerita di kategori tulisan “sekolah pernikahan”. semoga setelah membaca tulisan ini, pak suami tidak terlalu (berlebihan) ge-er nya yah ^^.

sesaat sebelum menikah, seorang adik pernah bertanya

“perasaan mba dengan mas itu, gimana sih?”

sy menjawab sambil lalu

“biasa aja, suka… ya biasa aja”

sulit rasanya menggambarkan perasaan pada saat itu. Semesta pun hanya diam, tidak tertebak.

Banyak kisah yang pernah saya dengar dari beberapa pasangan yang telah menikah. Mengenai perasaan-perasaan mereka. Ada yang sedari dulu telah diam-diam menyukai, ada yang tidak pernah berinteraksi sebagai teman sama sekali, ada pula yang telah menjadi teman akrab dan tetiba dipertemukan pada satu kondisi perjodohan #eaa. saya yang mana? aah kepo deeeh… gak perlu tau yah 🙂 rahasia :p

Dibalik itu, perubahan cukup drastis ternyata dapat terlihat oleh orang-orang disekitar saya. selepas 2 bulan kami bersama, mengalami Ramadhan dan kepulangan ke Batam dalam perjalanan panjang Idul Fitri membuat banyak kenangan yang menempel erat dibenak saya. potongan-potongan kisah lucu, sedih, bahagia, malu-malu, sok cool, dan adaptasi lainnya terus berputar-putar dikepala saya. seperti sebuah film layar lebar yang tak henti-hentinya ditonton oleh jutaan orang. Terus berputar… terus kembali kedalam ingatan ketika sedikit saja kata kunci terbuka.

Hal itu yang membuat saya terlihat berbeda ketika harus kembali beraktivitas normal dengan teman-teman di tanah rantau Jogja. Ketika teman-teman sedang membicarakan angpao/uang THR, saya tiba-tiba teringat kejadian lucu yang terjadi di Batam. Saat itu suami sedang memberikan sedikit THR ke adik-adik sy di hari pertama sy memperkenalkannya. secara otomatis adik-adik saya mengucapkan kata “terima kasih” atas pemberian tersebut. namun bukan “terimakasih kak” atau “terimakasih bang” salah satu adik malah mengatakan “terimakasih om” dengan muka polosnya :v karena mungkin mereka masih belum mengerti, posisi laki-laki ini dalam keluarga kami seperti apa. dan saya menceritakan kisah ini langsung dihadapan teman-teman  dengan wajah bahagia ketika mereka mengingatkan saya pada angpao/THR. 

Dilain waktu ketika sedang memasak bersama di Asrama akhwat fosda, tiba-tiba juga saya teringat betapa mudahnya memasak di rumah karena suami selalu jadi chef utama wkwk.

sdc13920

Terus begitu, selalu saja saya menghubungkan setiap kejadian ke kejadian yang saya alami bersama suami secara tidak sadar. Hingga sampai pada awkward moment yang tercipta setelah saya bercerita mengenai suami dengan penuh semangat. Teman-teman mulai tertawa terbahak-bahak melihat kelakuan saya yang terus mengingat dan menceritakan kejadian-kejadian bersama suami. aaahh kena deeeh.

Mungkin benar ya kata orang : kalau kita jatuh cinta, apapun yang kita rasakan pasti tentang dia. Apapun yang kita ingat juga pasti tentang dia. Semua yang kita lakukan pasti karena rekomendasi dia. kata-kata “kemarin suami…” “suami bilang…” “menurut suami … ” pun saat ini seperti menjadi kebiasaan yang tidak dapat di cegah. 😀 Alhamdulillah, semoga Allah terus menjaga keberkahan dalam hubungan yang sedang kmai rajut ini.

Saya jadi berfikir : jika makna cinta adalah seperti itu, seharusnya kita bisa mengukur kadar cinta kita kepada Allah bukan? Melalui hal-hal yang kita lakukan atas nama Allah, atas rekomendasi Allah, atas Ridhonya Allah. Hingga kita menjalani hidup dengan selalu memngingat nikmat yang Ia berikan.

Benar, kita pasti dapat mengukur kadar cinta itu, 🙂 Aah hati… semoga cinta ini sejati.